Berteman atau Mati

Bagikan ke:

“Hafruta” הַפְרוּתָה

Hafruta adalah sistem belajar yang khas dari orang Yahudi dalam mempelajari Taurat.  Belajar secara berkelompok, setidaknya dua orang. Istilah hafruta (hafuta)  akar kata yang sama dengan “haaver” yang berarti teman. 

Frasa “Oh hafruta o mituta” artinya “berteman atau mati”. Frase ini menggambarkan pentingnya belajar secara berkelompok dalam tradisi pembelajaran. Pentingnya memiliki teman atau rekan belajar untuk saling mendukung dan mengoreksi satu sama lain. Belajar sendirian dapat menyebabkan kesalahan atau “kesesatan” dalam pemahaman.

Setelah menjadi seorang Rabi, mereka tetap harus melakukan diskusi, yang dikenal dengan nama gemara. Jadi gemara berasal dari frase besi menajamkan besi. Gemara ini merupakan diskusi yang dilakukan oleh para murid-murid yang sudah lulus secara terus menerus berdiskusi.

Jadi, ketika Tuhan Yesus banyak berbicara dengan ahli Taurat serta orang Farisi, tidak selalu dalam konteks yang negatif. Hal ini bisa dianggap sebagai bagian dari diskusi gemara. Bertujuan mengasah pemahaman dan penafsiran atas ajaran Taurat.

Maka hafruta adalah sistem belajar berkelompok (baca “teman”). Mengharuskan mereka belajar bersama-sama, mempelajari Taurat secara berkelompok. Ini memungkinkan adanya interaksi antar sesama murid, memfasilitasi diskusi, dan memungkinkan adanya koreksi jika salah satu anggota kelompok salah menafsirkan suatu konsep atau teks. Hafruta menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif dan mendukung pertumbuhan spiritual dan intelektual bagi orang Yahudi.

Metode penelaahan Alkitab juga menekankan pentingnya kolaborasi dan diskusi dalam pemahaman dan penafsiran Alkitab. Metode ini melibatkan analisis bersama-sama antara para ahli Alkitab atau kelompok diskusi, di mana berbagai pandangan dan pemahaman tentang teks Alkitab dibagikan, dibahas, dan dievaluasi secara bersama-sama. Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif tentang pesan-pesan dalam Alkitab.

Berharap dalam Doa, kiranya Penelaahan Alkitab (PA) menjadi kultur belajar dalam setiap Gereja.

By. Beresman Nahampun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *