Ibadah Sekolah Minggu yang dipandu oleh Wiwi Sinaga, S,Th, di Konsistori Gereja , dihadiri sebanyak 3 orang, di Jl. Manunggal Karya, Sibiak, (16/05/2024). Ibadah di buka dengan sukacita besar, para anak-anak sekolah minggu belajar tentang Iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego. (Daniel 3:13-18). Bahan pengajaran yang dipakai pada ibadah sekolah minggu yaitu menggunakan buku ajar anak sekolah minggu Huria Kristen Indonesia.

Pada waktu itu, kota Yerusalem dikuasai oleh raja Nebukadnezar dari bangsa Babel. Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung yang terbuat dari emas yang tinggi. Lalu raja Nebukadnezar mengundang semua pemimpin bangsa untuk melihat patungnya. Kemudian semua pemimpin bangsa pergi ke bangsa Babel.

Pengawal raja mengumumkan bahwa semua orang harus menyembah patung jika tidak akan dihukum. Karena takut, maka semua orang itu lalu sujud menyembah kepada patung emas. Tapi, orang Kasdim melaporkan kepada raja bahwa ada 3 orang yang tidak mau menyembah patung. Karena tidak mau menyembah lalu mereka ditangkap. 3 orang itu adalah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego merupakan umat Allah yang selalu mengingat Tuhan Yesus Meskipun orang-orang di sekitar mereka melupakan Tuhan, mereka terus berpegang teguh pada-Nya.

Mendengar tindakan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, Raja Nebukadnezar menjadi murka. Ketiganya disuruh menghadap raja dan diberikan kesempatan sekali lagi untuk menyembah patung raksasa. Kendati demikian, ketiganya enggan melakukan perintah tersebut, sehingga raja semakin marah dan membentak mereka dengan penuh kebencian. Raja akhirnya menghukum Sadrakh, Mesakh, Abednego dengan melemparkan mereka ke perapian yang menyala-nyala. 3 orang itu lalu di ikat dan dimasukkan ke dalam dapur api yang panas. Raja merasa heran kenapa tiba-tiba ada 4 orang dan mereka tidak terbakar panas. Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak terbakar karena Tuhan bersama dengan mereka.

“Tuhan mana yang akan menyelamatkan kalian?” ucap Raja Nebukadnezar. “Tuhan kami akan menyelamatkan kami. Kami tidak butuh perlindungan di hadapan tuanku raja! Tuhan akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nya! Bahkan seandainya kami tidak diselamatkan Tuhan, kami tetap tidak akan sujud menyembah patung emas itu,” kata Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Perkataan ketiga umat itu membuat raja semakin marah, ia pun meminta agar perapian itu dinyalakan tujuh kali lebih panas. Orang-orang yang memasukkan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego bahkan ikut terbakar. Ketika ketiga umat Tuhan itu masuk ke dalam perapian, mereka justru tidak terbakar ataupun berkeringat. Di dalam perapian, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menari-nari bersama malaikat pelindung.

Kemudian raja Nebukadnezar memanggil mereka untuk keluar dari dapur api yang panas itu. Sadrakh, Mesakh dan Abednego pun keluar dari dapur api dan mereka tidak terbakar. Melihat hal itu, Raja Nebukadnezar terkejut. Ia meminta Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dikeluarkan dari perapian. Dia juga mengakui Tuhan yang disembah Sadrakh, Mesakh, Abednego, yaitu Tuhan Yesus. Akhirnya, raja Nebukadnezar mengetahui bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego mempunyai Tuhan yang berkuasa
Dalam merenungkan kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, mari kita belajar untuk memiliki keberanian dan kesetiaan yang sama kepada Allah dalam setiap ujian dan cobaan kita. Kita harus mengutamakan Allah di atas segala-galanya, memiliki iman yang kokoh, dan meyakini bahwa Dia selalu hadir bersama kita. Dengan demikian, kita dapat menghadapi segala sesuatu dengan keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang mampu menyelamatkan. Semoga kita semua menjadi saksi yang setia dan berani bagi iman kita kepada Allah, seperti oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.
Tuhan Yesus Memberkati
Betsyeba Siregar