MENJADI MANUSIA BARU : TINGGALKAN CARA HIDUP YANG LAMA

Bagikan ke:

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” 2 Korintus 5:17 (TB)

Hidup di balik jeruji besi bukanlah akhir dari segalanya. Bagi sebagian orang, justru di sanalah awal dari kehidupan yang baru dimulai. Kisah-kisah warga binaan pemasyarakatan di Lapas Kelas 2A Pematang Siantar menjadi bukti nyata bahwa kasih Tuhan mampu menjangkau bahkan sampai ke tempat yang paling gelap sekalipun.

Sebelumnya, banyak dari mereka menjalani hidup dengan arah yang tak tentu. Terjebak dalam kejahatan, kecanduan, kekerasan, atau luka batin yang dalam, mereka merasa hidup seolah tanpa makna dan tujuan. Hidup mereka dikuasai oleh kehendak diri sendiri, tanpa bimbingan Tuhan, hingga pada akhirnya kehancuran menjadi buah dari keputusan yang salah.

Namun, terang Kristus menembus ruang-ruang sempit di balik tembok pemasyarakatan. Melalui program pemuridan Alpha, hati-hati yang keras mulai dilunakkan. Mereka mulai mengenal kasih Tuhan yang sejatikasih yang tidak menghakimi, melainkan menerima dan memulihkan. Di dalam ruang kelas kecil tempat pemuridan berlangsung, benih iman mulai tumbuh. Roh Kudus mulai bekerja di hati mereka satu per satu.

Transformasi yang terjadi bukan hanya dalam kata-kata, tetapi dalam sikap hidup. Mereka belajar untuk mengampuni, untuk jujur, dan untuk berdoa. Mereka mulai menyadari bahwa hidup yang dahulu mereka jalani penuh dengan pemberontakan dan keputusasaan telah mati bersama dengan dosa mereka. Kini, mereka bangkit sebagai manusia baru di dalam Kristus. Hidup mereka bukan lagi milik sendiri, melainkan dipimpin oleh kuasa Roh Kudus.

Menjadi manusia baru bukan berarti bebas dari tantangan. Namun, kini mereka tidak lagi berjalan sendiri. Mereka memiliki pengharapan, pegangan, dan tujuan. Banyak dari mereka yang aktif membagikan kesaksian hidup kepada sesama narapidana. Mereka tidak hanya mengalami pemulihan, tetapi juga menjadi alat pemulihan bagi orang lain.

Refleksi ini mengajak kita untuk menyadari bahwa kasih Tuhan tidak terbatas. Tidak ada tempat yang terlalu jauh, tidak ada dosa yang terlalu dalam, yang tidak dapat dijangkau oleh tangan kasih Kristus. Jika para warga binaan yang dahulu hidup dalam kegelapan kini bisa mengalami terang kehidupan yang baru, maka kita pun dapat mengalami pembaruan setiap hari asal kita bersedia membuka hati dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus.

Mari kita bertanya dalam hati:

Apakah aku sungguh telah mati bagi dosa dan hidup sebagai manusia baru?

Atau aku masih terikat pada cara hidup lama yang seharusnya sudah kutinggalkan?

Kiranya refleksi ini menjadi undangan bagi kita semua untuk sungguh-sungguh hidup dalam Kristus, menjauhi kehidupan yang lama, dan menjadi saksi kasih-Nya yang mengubahkan.

Dikasihi dan Diutus

Betsyeba Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *